Ceki adalah salah satu permainan kartu yang dianggap sudah menjadi tradisi sejak dulu. Permainan Ceki ini dulunya sering
dimainkan oleh kaum wanita, tetapi juga digemari oleh kaum – kaum lain di Malaysia, Singapura dan Indonesia. Ceki atau
Cekian, dan dibeberapa negara lain juga disebut koa atau pei adalah sejenis permainan kartu yang merupakan kegiatan
berjudi tradisional suku kuno yang turun temurun.
Pada zaman sekarang, permainan ceki agak menurun popularitasnya di
Malaysia dan Singapura, tetapi masih cukup populer di Indonesia. Permainan Kartu ceki dikatakan bersumber dari
permainan kartu purba yang pernah dibuat di negara Cina kuno dan Permainan kartu Ceki merupakan sumber dari
permaninan mahjong/mahyong yang sekarang menjadi tren bagi kaum chinese di beberapa negara di dunia.
Permainan dengan kartu ceki yang paling umum dan banyak diminati orang dari kelas bawah sampai atas yaitu permainan
ceki/meceki. Permainan ini dilakukan berlima mengelilingi sebuah meja dengan duduk bersila. Ada juga permainan cap
beki/cap jeki yang merupakan permainan dengan banyak peserta dan banyak aturannya.
Sejak Kapan Permainan Ceki Menjadi Tradisi di Bali?
Permainan Kartu Ceki di Bali sudah mulai menjadi tradisi sejak dulu, belakangan ini mulai populer kembali karena
keunikannya. Tidak hanya orang tua, anak-anak muda pun menggemari permainan kartu ceki ini. Sejak dipergunakan
sebagai hiburan pada saat Megebagan (Begadang di Rumah Duka Saat ada Sanak Keluarga atau Warga Banjar yang
Meninggal) Agar tidak mengantuk, sepertinya permainan kartu ceki ini sudah menjadi tradisi wajib.
Sejarah Tradisi Permainan Kartu Ceki Hingga Menjadi Kompetisi Tournament
Banyak orang berpikir Ceki identik dengan judi. Tapi kesan itu berusaha ditepis dengan menjadikan permainan ini sebagai
olahraga rekreasi. Salah-satunya melalui turnamen yang akan digelar oleh Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat
Indonesia (FORMI) Daerah Bali.
Turnamen Ceki sudah digelar sejak bulan Desember 2012 “Ini adalah program perdana FORMI Bali, setelah dilantik beberapa
waktu yang lalu oleh Ketua FORMI Pusat, Hayono Isman di Denpasar,”.
FORMI sendiri adalah salah satu dari tiga pilar sistem keolahragaan nasional sesuai UU no 3 Tahun 2005. Mengingat stigma
judi yang begitu kuat melekat pada ceki, maka usaha menjadikan Ceki sebagai olahraga rekreasi ini telah melalui proses
pengkajian serius. Yakni, melalui forum group discussion (FGD) , diadakan pada bulan September 2012 lalu.
FGD melibatkan
dari unsur Parisadha Hindu Dharma, Majelis Utama Desa Pekraman, Akademisi dan Kepolisian.
Kesimpulan dari FGD tersebut adalah bahwa sepanjang kegiatan ceki tersebut tidak mengandung unsur perjudian, dalam hal
ini taruhan dalam bentuk apapun, maka ceki dapat menjadi kegiatan rekreasi yang legal dan pada ujungnya menjadi
kegiatan social budaya yang sehat dan diterima masyarakat luas
Itu sebabnya Panitia Turnamen Ceki 2012 yang digawangi oleh Gus Marhen beberapa tahun yang lalu, telah menyusun tata
tertib dan aturan main yang sesuai dengan hasil FGD berupa Buku Panduan Turnamen Ceki. Di dalamnya unsur taruhan
tidak ada sama sekali, dan mengubahnya menjadi sistem angka penilaian yang umum berlaku dalam olahraga
pertandingan lainnya seperti dalam olahraga kartu Bridge, misalnya.
jenis jenis kartu ceki |
Sejak Pertama Kali diladakan, Turnamen Olahraga Rekreasi Ceki di GOR Kompyang Sujana, Denpasar, telah diikuti oleh
ratusan atlet ceki dari seluruh Kabupaten/Kota di Bali dimana pendafarannya telah dibuka di masing-masing daerah.
Dengan adanya Turnamen Olahraga Rekreasi Ceki ini diharapkan akan menambah khasanah kekayaan permainan atau
rekreasi tradisi masyarakat Indonesia seperti yang diemban oleh FORMI sebagai wadah pengembangan olahraga berbasis
rekreasi dan tradisi masyarakat Indonesia.
Jika Ada Yang Kurang Mohon Dikoreksi di Kolom Komentar..
(Auto Approve)